TUGAS SOFTSKILL
PERILAKU KONSUMEN
NAMA :
Setya Putro
NPM : 16211711
KELAS : 3EA21
UNIVERSITAS GUNADARMA
BAB XI
PENGARUH INDIVIDU
1.
KELOMPOK
REFERENSI (REFERENCE GROUP)
· DEFINISI
Kelompok
Referensi (Reference Group) atau Kelompok Rujukan atau Kelompok Acuan merupakan
sekelompok orang yang dianggap memiliki pengaruh evaluasi, aspirasi, bahkan
perilaku terhadap orang lain secara langsung ataupun tidak langsung, dan
dianggap sebagai pembandingan bagi seseorang dalam membentuk nilai dan sikap
umum/khusus atau pedoman khusus bagi perilaku .
Kelompok
referensi memberikan standar (norma atau nilai) yang dapat menjadi perspektif
penentu mengenai bagaimana seseorang berfikir atau berperilaku, dan kelompok
ini berguna sebagai referensi seseorang dalam pengambilan keputusan.
JENIS-JENIS
KELOMPOK REFERENSI
Kelompok referensi dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
1). Kelompok Referensi Normatif
2) . Kelompok
Referensi Komparatif
KLASIFIKASI KELOMPOK REFERENSI
Berikut ini adalah pengklasifikasian kelompok
referensi, yaitu:
1) . Menurut
Intensitas Interaksi dan Kedekatannya
a. Kelompok
Primer (Primary)
Kelompok
referensi primer melibatkan seringnya interaksi langsung dan tatap muka.
Contohnya: keluarga dan sanak-saudara.
b. Kelompok
Sekunder (Secondary)
Kelompok
referensi sekunder, tidak terlalu sering ber-interaksi dan tatap muka.
Contohnya: tetangga.
2)
Menurut Legalitas Keberadaannya
a. Kelompok
Formal
Kelompok
referensi formal memiliki struktur yang dirinci dengan jelas. Contohnya:
kelompok kerja di kantor atau tim per divisi.
b. Kelompok
Informal
Kelompok
referensi informal tidak dirinci secara jelas. Contohnya: kelompok
persahabatan, teman sekolah atau kuliah.
3)
Menurut Status Keanggotaan dan Pengaruhnya
a. Kelompok
Aspirasi (Aspirational)
Seorang
bercita-cita untuk bergabung atau menandingi kelompok referensi aspirasi.
Kelompok
Disosiasi (Dissociative)
Seseorang
berupaya menghindari kelompok referensi disosiasi.
b. Kelompok Membership
Seseorang
menjadi anggota formal dari suatu kelompok referensi. Contohnya: kelompok
pecinta alam.
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI SESEORANG MENJADI BAGIAN DARI KELOMPOK REFERENSI
Kecenderungan
orang untuk menjadi bagian dari kelompok acuan dipengaruhi oleh beberapa
faktor, diantaranya yaitu:
1)
Keakraban
2)
Ekspos terhadap seseorang (Mere Exposure)
3)
Kepaduan kelompok.
KELOMPOK
REFERENSI DALAM PEMASARAN
Kelompok
referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering
dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku. Anggota kelompok
referensi sering menjadi penyebar pengaruh dalam hal selera. Oleh karena itu
konsumen selalu mengawasi kelompok tersebut baik prilaku fisik maupun
mentalnya.
Kelompok
referensi (yang paling berpengaruh terhadap konsumen) mempengaruhi orang lain
melalui norma, informasi dan kebutuhan nilai ekspresif konsumen. Berikut ini
penjelasan dari macam-macam pengaruh tersebut:
1)
Pengaruh Normatif
Ketika seorang individu memenuhi harapan
kelompok untuk mendapatkan hadiah langsung atau menghindari hukuman
2)
Pengaruh Informasi
Perilaku dan pendapat kelompok referensi
digunakan sebagai berguna potongan informasi yang berpotensi
3)
Pengaruh Ekspresi Nilai
Ketika seorang individu kelompok menggunakan
norma dan nilai-nilai dianggap sebagai panduan bagi sikap mereka sendiri atau
nilai-nilai
Para pemasar
tertarik pada kemampuan kelompok referensi untuk mengubah sikap dan perilaku
konsumen dengan mendorong timbulnya kesesuaian. Untuk dapat mempunyai pengaruh tersebut, kelompok referensi harus
melakukan hal – hal berikut ini:
1)
Memberitahukan atau mengusahakan agar orang menyadari adanya suatu
produk menarik / merk khusus.
2)
Memberikan kesempatan pada individu untuk membandingkan pemikirannya
sendiri dengan sikap dan perilaku kelompok.
3)
Mempengaruhi individu untuk mengambil sikap dan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma kelompok.
4)
Membenarkan keputusan untuk memakai produk-produk yang sama dengan
kelompok.
Terdapat
beberapa bentuk kelompok acuan yang dapat mempengaruhi konsumen dalam perilaku
konsumsi, yaitu:
1)
Kelompok pertemanan
2)
Kelompok belanja
3)
Kelompok kerja
4)
Komunitas maya
5)
Kelompok aksi konsumen.
Dalam strategi
pemasaran, agar dapat diterima konsumen maka informasi disampaikan oleh opinion
leader yang sesuai dengan karakteristik produk atau jasa yang ditawarkan.
Seorang pemberi opini ini adalah orang yang sering kali mampu mempengaruhi
sikap atau perilaku orang lain. Opinion leader memiliki sumber informasi yang
berharga. Daya tarik kelompok referensi dalam pemasaran melalui:
1)
Selebriti
2)
Tenaga ahli / Pakar
3)
Orang biasa
4)
Juru bicara eksekutif dan karyawan
5)
Karakter fiktif
6)
Kelompok referensi lain
Pemasar harus
dapat mengidentifikasi peran seseorang di dalam kelompoknya dalam pengambilan
keputusan, dan harus menekankan pada si pengambil keputusan. Penyesuaian
dilakukan hanya untuk sekadar menyesuaikan diri agar diterima oleh kelompok
atau penyesuaian yang mengubah kepercayaan. Orang butuh untuk menilai opini dan
kemampuan mereka dengan membandingkannya dengan opini dan kemampuan orang lain.
2.
Pengaruh kata-kata
Perilaku konsumsi kita adalah fungsi dari siapa kita sebagai individu. Pikiran, perasaan, sikap, dan pola perilaku menentukan apa yang kita beli, ketika kita membelinya, dan bagaimana kita menggunakannya. Konsumen motivasi. Tugas pemasar adalah untuk mencari tahu apa kebutuhan dan keinginan konsumen memiliki, dan apa yang memotivasi konsumen untuk membeli. Motivasi adalah drive yang memulai semua perilaku konsumsi kita, dan konsumen memiliki motif ganda, atau tujuan. Beberapa ini adalah terbuka, seperti haus fisiologis yang memotivasi konsumen untuk membeli minuman ringan atau kebutuhan untuk membeli setelan jas baru untuk wawancara. Motif lain yang lebih jelas, seperti kebutuhan siswa untuk tote sebuah bookbag Kate Spade atau memakai Doc Martens untuk memperoleh persetujuan sosial. Kebanyakan kegiatan konsumsi adalah hasil dari beberapa motif yang beroperasi pada waktu yang sama. Para peneliti yang dilatih khusus dalam mengungkap motif sering menggunakan teknik penelitian kualitatif di mana konsumen didorong untuk mengungkapkan pikiran mereka (kognisi) dan perasaan (mempengaruhi) melalui dialog menyelidik. Fokus kelompok dan wawancara mendalam memberikan konsumen kesempatan untuk mendiskusikan produk dan mengungkapkan pendapat tentang kegiatan konsumsi. Moderator terlatih atau pewawancara sering mampu memasuki motif prasadar yang mungkin tidak terdeteksi. Nilai adalah tujuan hidup masyarakat luas yang melambangkan mode disukai berperilaku (misalnya, independen, penuh kasih, jujur) atau akhir negara yang disukai (misalnya, rasa keberhasilan, cinta dan kasih sayang, pengakuan sosial). Konsumen membeli produk yang akan membantu mereka mencapai nilai yang diinginkan, mereka melihat atribut produk sebagai alat untuk mencapai tujuan. Memahami perspektif berarti-end dapat membantu posisi yang lebih baik pemasar produk dan membuat lebih efektif dan kampanye iklan promosi. Konsumen memproses informasi ini membantu konsumen Pendekatan pemrosesan informasi dalam memahami perilaku konsumtif dengan berfokus pada urutan aktivitas mental yang digunakan orang dalam menafsirkan dan mengintegrasikan lingkungan mereka.
BAB XII
Pengaruh Keluarga dan Rumah Tangga
1. Keluarga dan
Studi Tentang Perilaku Konsumen
Studi tentang keputusan keluarga sebagai
konsumen kurang lazim dibandingkan studi tentang individu sebagai konsumen.
Alasan untuk pengabaian dalam studi pembelian keluarga adalah kesulitan dalam
mempelajari tentang keluarga sebagai organisasi. Survey dan metodologi
penelitian pemasaran lain lebih mudah dijalankan untuk individu daripada untuk
keluarga.
Haverty
mengidentifikasikan variabel utama yang terlibat didalam analisis seperti ini :
A. Fungsi Produksi Rumah Tangga
A. Fungsi Produksi Rumah Tangga
B.
Stok (Sumber Daya) Rumah Tangga
C.
Variabel Eksogen atau yang Ditetapkan Sebelumnya
Walaupun rumah
tangga dan keluarga kadang digunakan secara dapat dipertukarkan sewaktu
menganalisis bagaimana keputusan pembelian diambil, adalah penting untuk
membedakan antara kedua ini sewaktu memeriksa data. Rumah tangga menjadi unit
yang analisis yang lebih penting bagi pemasar karena pertumuhan yang pesat di
dalam keluarga trdisional dan rumah tangga nonkeluarga. Di antara rumah tangga
nonkeluarga,mayoritas besar terdiri dari orang-orang yang hidup sendiri.
2. Penentu Keputusan Pembelian Pada Suatu
Keluarga
Keluarga
memiliki pendapatan rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah
tangga karena jumlah yang lebih banyak dari individu yang bekerja di dalam
keluarga. Untuk keluarga maupun rumah tangga, keempat variabel structural yang
paling memberi dampak pada keputusan pembelian dan yang demikian paling menarik
bagi pemasar adalah usia kepala rumah tangga atau keluarga, ststus perkawinan,
kehadiran anak, dan ststus pekerjaan.
Keluarga adalah sama dengan perusahaan; keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yanmg lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang paling jelas bahwa dua oramg dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makana, perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk.lain. anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.
Keluarga adalah sama dengan perusahaan; keluarga adalah organisasi yang terbentuk untuk mencapai fungsi tertentu yanmg lebih efektif dibandingkan individu yang hidup sendiri. Fungsi yang paling jelas bahwa dua oramg dapat mencapai lebih baik daripada satu orang adalah mempunyai anak. Walaupun analisis konsumen mungkin tidak mempunyai opini mengenai apakah keluarga harus mempunyai anak atau tidak. Konsekuensi ekonomi dengan hadirnya anak menciptakan struktur permintaan akan pakaian, makana, perbot, rumah, perawatan kesehatan, pendidikan dan produk.lain. anak di dalam keluarga dapat menyebabkan menurunnya permintaan akan produk lain, seperti perjalanan, restoran, pakaian orang dewasa, dan banyak barang yang bebas pilih.
Tipe – Tipe
Perilaku Pembelian Menurut Wilkie (1990), tipe perilaku konsumen dalam
melakukan pembelian dikelompokkan menjadi empat berdasarkan tingkat
keterlibatan pembeli dan tingkat keterlibatan diferensiasi merek, yang
dijelaskan sebagai berikut :
a. Budget Allocation (Pengalokasian budget)
a. Budget Allocation (Pengalokasian budget)
Pilihan
konsumen terhadap suatu barang dipengaruhi oleh cara bagaimana membelanjakan
atau menyimpan dana yang tersedia, kapan waktu yang tepat untuk membelanjakan
uang dan apakah perlu melakukan pinjaman untuk melakukan pembelian.
b. Product Purchase or Not (Membeli produk atau tidak)\
Perilaku
pembelian yang menggambarkan pilihan yang dibuat oleh konsumen, berkenaan
dengan tiap kategori produk atau jasa itu sendiri.
c. Store Patronage (Pemilihan tempat untuk mendapatkan produk)
Perilaku
pembelian berdasarkan pilihan konsumen, berdasarkan tempat atau di mana
konsumen akan melaksanakan pembelian produk atau jasa tersebut. Misalnya,
apakah lokasi bakery menjadi salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam
melakukan proses pembelian.
d. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
d. Brand and Style Decision (Keputusan atas merek dan gaya)
Pilihan
konsumen untuk memutuskan secara terperinci mengenai produk apa yang sebenarnya
ingin dibeli.
3.
FAMILY
LIFE CYCLE ( FLC )
Konsep family
life cycle merupakan alat untuk menggambarkan serangkaian tahap perkembangan
kebanyakan keluarga. Untuk menggambarkan realitas berbagai macam tatanan
keluarga dan gaya hidup sekaranag maka konsep family life cycle dapat dibagi
dua :
1. Skema
Family Life Cycle Tradisional
·
Tahap 1, masa
lajang, orang muda lajang hidup terpisah dari orang tua.
·
Tahap 2,
pasangan yang berbulan madu.
·
Tahap 3, orang
tua, mempunyai satu anak dan tinggal serumah.
·
Tahap 4, pasca
orang tua, suami istri yang sudah tua, anak-anak tidak tinggal serumah.
·
Tahap 5,
disolusi, seorang suami atau istri yang masih hidup.
2. Tahap-tahap
Family Life Cycle Alternatif
a. Rumah tangga
keluarga terdiri dari, pasangan yang tidak punya anak, pasangan yang terlambat
menikah, orang tua tunggal dan keluarga diperluas.
b. Rumah
tangga bukan keluarga yaitu pasangan tidak menikah, pasangan bercerai tanpa
anak, orang lajang, dan janda atau duda yang sudah tua.
4.
Perubahan
Struktur Keluarga dan Rumah Tangga
Memahami
perubahan struktur keluarga dan pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan
sebagai konsumen. Keputusan membeli dalam keluarga di pengaruhi oleh keadaan
sudah menikah atau belum, ukuran jumlah anggota keluarga, hal tersebut
mempengaruhi jumlah belanjaan yang akan dibeli maupun budget yang akan di
siapkan untuk mengambil keputusan dalam hal membeli suatu barang. Banyak dari
mereka benar-benar menghitung jumlah pengeluaran mereka sesuai dengan keadaan
yang mereka hadapi dalam keluarga mereka sehari-hari, mana yang sekiranya
menjadi keputusan yang utama mana yang belum menjadi prioritas saat itu.
5.
Metode
riset untuk mengetahui pengambil keputusan oleh keluarga
Pemberian
kuesioner kepada seluruh keluarga membutuhkan akses ke semua anggota pada waktu
yang lebih kurang sama, dengan menggunakan bahasa yang mempunyai makna sama
bagi semua anggota keluarga, dan menafsirkan hasil ketika anggota dari keluarga
yang sama melaporkan opini yang bertentangan mengenai apa yang dibeli oleh
keluarga atau pengaruh relative dalam keputusan tersebut.
BAB XIII
PENGARUH SITUASI
Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang
muncul pada tempat dan waktu tertentu. Kemunculanya terpisah dari diri produk
maupun konsumen ( Asseal, 1998 ). Sedangkan menurut Belik ( 1975 ),
mendifinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan
situasi yang tidak menurut pengetahuan seseorang ( intra individu ) dan
stimulasi (alternative pilihan ) dan memiliki bukti dan pengaruh sistimatis
pada prilaku saat itu. Lain halnya dengan Wilkie ( 1990 ). Pengaruh situasional
adalah kekuatan sesaat yang tidak berasal dari dalam diri seseorang atau
berasal dari produk atau merek yang di pasarkan, penelitian telah menemukan
bahwa faktor situasional mempengaruhi pilihan konsumen dengan mengubah
kemungkinan pemilihan berbagai alternatif (Kolm, Monroe, dan Glazer, 1987, dalam
titus dan Ernett, 1996 ).
Faktor-faktor
Situasi Konsumen
Pengaruh situasional dalam konsumen adalah
faktor personal dan lingkungan sementara yang muncul pada saat aktifitas
konsumen, sehingga situasi konsumen meliputi faktor-faktor seperti : melibatkan
waktu dan tempat dimana aktifitas konsumen terjadi, mempengaruhi tindakan
konsumen seperti perilaku pembelian, dan tidak termasuk karakteristik personal
yang berlaku dalam jangka panjang. Situasi konsumen relatif merupakan kejadian
jangka pendek dan harus dibedakan dengan lingkungan makro atau faktor-faktor
personal yang memiliki jangka waktu lama .
Jenis-jenis Situasi Konsumen
Tipe Keterlibatan
1. Situational Involvement
Terjadi hanya dalam situasi khusus dan
sementara dan umumnya bila pembelian itu dibutuhkan. Misalnya keputusan
mengambil pendidikan MBA adalah karena kabutuhan untuk pekerjaan.
2. Enduring
Involvement
Terus menerus dan lebih permanen umumnya
terjadi karena ketertarikan yang berlangsung terus dalam kategori produk,
walaupun pembelian itu dibutuhkan atau tidak, misalnya ketertarikan pada baju.
1. Tipe Situasi Konsumen
1. Situasi Komunikasi
2. Situasi Pembelian
3. Situasi Pemakaian
Situasi Komunikasi
Situasi Komunikasi adalah suasana atau
lingkungan dimana konsumen memperoleh informasi atau melakukan komunikasi.
Komunikasi yg dilakukan bisa bersifat pribadi atau nonpribadi. Konsumen mungkin
memperoleh informasi melalui :
1.
Komunikasi lisan dengan teman, kerabat, tenaga penjual, atau wiraniaga.2. Komunikasi non pribadi, seperti iklan TV, radio, internet, koran, majalah, poster, billboard, brosur, leaflet dsb.
3. Informasi diperoleh langsung dari toko melalui promosi.
Situasi Pembelian
Situasi Pembelian adalah lingkungan atau
suasana yang dialami / dihadapi konsumen ketika membeli produk dan jasa.
Situasi pembelian akan mempengaruhi pembelian.
Misal: ketika konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tersebut mungkin akan menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain.
Tiga
Tipe Situasi PembelianMisal: ketika konsumen berada di bandara, ia mungkin akan bersedia membayar sekaleng Coke berapa saja harganya ketika haus. Sebaliknya, jika ia berbelanja Coke di swalayan dan mendapatkan harganya relatif lebih mahal, ia mungkin sangat sensitif terhadap harga. Konsumen tersebut mungkin akan menunda pembelian Coke dan mencari di tempat lain.
• Straight Rebuy : pembelian dilakukan secara teratur seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, tanpa modifikasi.
• Modified Rebuy : pembelian dengan melakukan modifikasi (perubahan) spesifikasi produk, harga persyaratan pengantaran dan syarat-syarat lainnya.
• New Task : pembelia membeli produk jasa untuk pertama kali. Di sini dibutuhkan lebih banyak informasi, lebih banyak orang terlibat dan waktu yang lebih panjang untuk membuat keputusan.
Situasi Pemakaian
Misal: konsumen muslim sering memakai kopiah dan pakaian takwa pada saat shalat atau pada acara keagamaan. Kebaya akan dipakai kaum wanita pada acara pernikahan atau acara resmi lainya, dan jarang digunakan untuk pergi bekerja. Para produsen sering menggunakan konsep situasi pemakaian dalam memasarkan produknya, produk sering diposisikan sebagai produk untuk digunakan pada situasi pemakaian tertentu. Misalnya, ada pakaian resmi untuk ke pesta, pakaian olahraga, pakaian untuk kerja, pakaian untuk santai dan berolahraga.
Tipe-tipe Perilaku Konsumen
Pengambilan keputusan oleh konsumen akan
berbeda menurut jenis keputusan pembelian. Assael, seperti dikutip Kotler
(2000) membedakan 4 tipe perilaku pembelian konsumen berdasarkan pada tingkatan
keterlibatan pembeli dan tingkat perbedaan diantara merek.
1.
Perilaku membeli yang rumit
Perilaku membeli yang rumit membutuhkan
keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dengan berusaha menyadari
perbedaan-perbedaan yang jelas diantara merek-merek yang ada. Perilaku membeli
ini terjadi pada waktu membeli produk-produk yang mahal, tidak sering dibeli,
beresiko dan dapat mencerminkan diri pembelinya, seperti mobil, tv, pakaian ,
jam tangan, computer pribadi, dll.
Biasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan dan atribut penting lainnya.
2.
Perilaku membeli untuk mengurangi ketidakcocokanBiasanya konsumen tidak tahu terlalu banyak tentang kategori produk dan harus berusaha untuk mengetahuinya. Sehingga pemasar harus menyusun strategi untuk memberikan informasi kepada konsumen tentang atribut produk, kepentingannya, tentang merek perusahaan dan atribut penting lainnya.
Perilaku membeli semacam ini meliputi
keterlibatan yang tinggi pada konsumen menyadari hanya terdapat sedikit perbedaan
di antara berbagai merek. Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian produk
yang harganya mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan membeli secara relative
cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. Contoh : karpet, keramik, pipa,
dll. Pembeli biasanya mempunyai respon terhadap harga atau yang memberikan
kenyamanan.
3.
Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan
Konsumen membeli suatu produk berdasarkan
kebiasaan, bukan berdaasarkan kesetiaan terhadap merek. Konsumen memilih produk
secara berulang bukan karena merek produk, tetapi karena mereka telah mengenal
produk tersebut. Setelah membeli, mereka tidak mengevaluasi kembali mengapa
mereka membeli produk tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk.
Perilaku ini biasanya terjadi pada produk seperti gula, garam, air mineral,
dll.
4.
Perilaku membeli yang mencari keragaman
Perilaku ini memiliki keterlibatan yang rendah,
namun masih terdapat perbedaan merek yang jelas. Konsumen berperilaku dengan
tujuan mencari keragaman dan bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini
bukan merupakan suatu yang mutlak. Sebagai market leader, pemasar dapat
melakukan strategi seperti menjaga agar jangan sampai kehabisan stok atau
dengan promosi-promosi yang dapat mengingatkan konsumen akan produknya. Karena
sekali kehabisan stok, konsumen akan beralih ke merek lain. Apalagi para
pesaing sudah menwarkan barang dengan harga yang lebih rendah, kupon, sample
dan iklan yang mengajak konsumen untuk mencoba sesuatu yang baru. Ini jelas
dicermati dengan baik. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk
yang sering dibeli, harga murah dan konsumen sering mencoba merek-merek baru.
2. Interaksi Individu dengan Situasi
Memahami serta menganalisis pengaruh situasi
dalam proses pembelian barang , banyak dan konsumen yang di pengaruhi oleh
variasi dari situasi lain yang sesuai dengan keadaan mereka saat itu. Belum
tentu saat orang lain menggunakan produk A saat ia berjemur di pantai tapi bisa
saja orang lain menggunakan produk A sebagai lotion untuk ke kantor atau kemanapun
ia pergi tidak harus saat berjemur saja. Jadi penggunaan produk tertentu tidak
hanya pada satu situasi saja tapi bisa untuk situasi lain untuk orang lain.
3. Pengaruh Situasi yang Tidak Terduga
Bagaimana seseorang mengerti akan potensi dari
pengaruh situasi yang tak terduga yang dapat merusak keakuratan ramalan yang
didasarkan pada maksud pembelian, yang tadinya dia tidak mau embeli
barang tapi karena suatu hal jadi membeli barang tersebut. Contoh : saat
jalan ke pusat perbelanjaan, ayah melihat ingin membeli baju baru padahal
awalnya mereka ke pusat perbelanjaan hanya untuk belanja bulanan.
Contoh
Kasus
Misalkan ketika seseorang sedang menjalani
perjalanan jauh menggunakan kapal untuk menuju pulau tertentu, tentu dia akan
membawa persedian makanan, tapi hanya untuk 2 hari paling lama dan seterusnya
dia harus membeli makanan yang ada dikapal, memang secara harga pasti akan
mahal dari biasanya, namun harus dipertimbangkan bahwa dia juga bukan berada
ditempat yang biasa, dari situlah seseorang/konsumen akan mempertimbangkang
situasi/ kondisi dimana dia berada.Dan mau tidak mau dia harus membeli makanan
tersebut walaupun harganya mahal dibandingkan ditempat lain. (situasi
pembelian)
Pada saat musim dingin biasanya orang-orang
akan menggunakan pakaian musim dingin atau baju hangat, berbeda halnya dengan
seseorang yang pergi ke tempat yang beriklim tropis dan hangat, pasti akan ada
perbedaan dalam hal penggunaan pakaian. Orang yang pergi ke tempat tropis
seperti pantai, pasti akan menggunakan pakaian yang tidak terlalu tebal.
Disitulah dapat kita lihat pengaruh tempat dan iklim akan mempengaruhi
seseorang dalam hal pemakaian barang. (situasi pemakaian) Ketika seseorang
sedang membutuhkan informasi, maka orang tersebut pasti akan mencari informasi
yang dia butuhkan, entah itu melalui surat kabar komunikasi langsung dengan
orang lain atau mungkin melalui media elektronik, semua itu tergantung jenis
informasi yang dibutuhkan.